Dimasa Pandemi Orang Kaya Makin Sultan di Indonesia
Jumlah orang kaya dan superkaya di Indonesia justru meningkat di tengah pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari laporan Credit Suisse “Global Wealth Report 2021” yang dirilis akhir Juni 2021.
Laporan tersebut menyebutkan, terdapat 171,7 ribu orang Indonesia yang memiliki kekayaan bersih di atas US$ 1 juta (Rp14,5 miliar) pada 2020. Jumlah tersebut meningkat 61,7% dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 106,2 ribu orang. Dibandingkan total 270 juta penduduk, jumlah orang kaya itu setara dengan 0,1% populasi.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menjelaskan,Dimasa Pandemi Orang Kaya Makin Sultan di Indonesia. Terdapat beberapa pendorong yang membuat orang kaya semakin banyak di Indonesia. Salah satunya, mereka memiliki kemampuan berinvestasi, terutama di sektor komoditas dan digital.
Menurut Bhima Yudhistira, beberapa harga komoditas mengalami kenaikan, seperti pertambangan, perkebunan. Akhirnya kenaikan pendapatannya lebih cepat. Di samping itu, Bhima menyebutkan banyak orang kaya yang menikmati insentif perpajakan dan memiliki kemampuan untuk manajemen risiko terhadap penurunan nilai aset.
Sejalan dengan Bhima, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Mirah Midadan mengatakan, kenaikan jumlah orang kaya tersebut disebabkan banyak dana yang tidak aktif. Hal ini terlihat dari peningkatan dana pihak ketiga di perbankan. Saat ini orang jadi takut untuk membuka jenis usaha baru karena memang terjadi pelemahan konsumsi masyarakat secara umum. Namun untuk kelas pendapatan atas yang asetnya sudah banyak, tentu sangat bisa memanfaatkan momentum ini untuk menganakpinakkan jumlah asetnya, kata Mirah Midadan.
Lembaga keuangan Credit Suisse melakukan perhitungan dengan pendekatan berbasis regresi untuk 144 negara di dunia. Regresi terpisah dijalankan untuk meneliti aset keuangan serta aset dan kewajiban non-keuangan. Untuk Indonesia, lembaga tersebut menggunakan sistem survei, bukan data HBS. Pasalnya, bila tidak menggunakan survei, sering kali data kekayaan yang muncul malah jauh lebih rendah.
Selain itu, lembaga tersebut juga membuat tiruan untuk menangkap data per wilayah. Tak hanya itu, Credit Suisse juga membuat perhitungan untuk mengukur guncangan perekonomian terhadap Indonesia, seperti krisis keuangan global atau tren lain yang bisa mengguncang perekonomian dan sistem keuangan. Sementara itu, ekonom senior Indef Faisal Basri menyebutkan, naiknya jumlah orang kaya dan orang superkaya tersebut merupakan hal yang kontras, apalagi pandemi Covid-19 mengakibatkan perekonomian gonjang-ganjing dan jatuh ke dalam jurang resesi.feb.