UMKM Harus Banyak Ekplorasi untuk Kuatkan Posisi di Era Pasar Digital
Era pasar digtal, siapkah UMKM? Pandemi Covid-19 telah meningkatkan jumlah konsumen yang berbelanja online dari 75 juta menjadi 85 juta. Dengan situasi ini, nilai e-commerce Indonesia diperkirakan akan menjadi yang terbesar ketiga di dunia setelah China dan India.
Dalam rangka bersaing di era pasar digital, UMKM Indonesia diharapkan mampu mempunyai kunci sukes, yaitu bereksplorasi lebih jauh untuk memperkuat posisi bisnisnya. Menurut Gilang Ageng, CEO ukmindonesia.id, beradaptasi dengan pasar digital tidak cukup jika hanya mengandalkan pemasaran.
Riset dan Metode ATM Adalah Hal Penting
Riset memainkan peran paling penting dalam pengembangan bisnis, terutama pada UMKM yang ingin memasuki pasar digital. Kajian tidak harus dilakukan dengan cara yang rumit, katanya, seperti kumpulkan sejumlah besar data yang berbeda dan proses untuk analisis.
Menurutnya, inti dari survei adalah untuk mengetahui dan menjangkau target konsumen. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menggunakan hashtag atau strategi hashtag media sosial. Selain itu, metode ini selalu menerapkan metode amati, tiru, dan modifikasi (ATM). Menurut Gillang, cara ini bisa diterapkan dengan mencari tren yang disukai masyarakat umum dan diminati konsumen. Jika sudah memilikinya, langkah selanjutnya adalah menyiapkan strategi pemasaran atau perluasan produk. Cara ini dapat digunakan secara terus menerus, maupun di era baru pemasaran produk dan penemuan target konsumen.
Kelemahan UMKM Saat Ini
Sayangnya, dalam situasi digitalisasi di Indonesia saat ini, UMKM hanya fokus pada pemasaran dan tidak berusaha untuk meningkatkan nilai produk yang ditawarkan. Secara umum, ketika memasuki pasar digital, pelaku UMKM cenderung mengadopsi strategi yang mengandalkan influencer atau influencer individu. Faktanya, produk adalah raja. Oleh karena itu, kekuatan utama perusahaan terletak pada nilai produk yang dimilikinya.
Strategi yang Harus Dilakukan
Menurut Gilang, mengomunikasikan nilai manfaat suatu produk agar bisa dianut konsumen merupakan pekerjaan berat. Untuk itu, ia mencontohkan salah satu strategi yang bisa diterapkan adalah dengan memberikan keistimewaan atau menonjolkan keunikannya dibandingkan produk lain. Selanjutnya, tidak kalah pentingnya, tekankan kebutuhan produk untuk pasar sasaran.
Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM), saat ini terdapat sekitar 19 juta usaha kecil dan menengah di Indonesia. Data tersebut hanya mencakup pemain komersial yang memasuki dunia digital melalui platform e-commerce, tidak termasuk pemasaran melalui WhatsApp, Instagram, dan lain-lain.
Di antara sekian banyak pelaku UMKM di Indonesia, Gilang mengaku telah mendampingi 500 pedagang pasar untuk melakukan digitalisasi melalui platform WhatsApp. Platform ini adalah rekomendasinya untuk para pedagang yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dalam dukungan ini, ia membantu merchant menghasilkan barcode QRIS untuk memudahkan transaksi dan pemasaran melalui katalog WhatsApp. Berkat bantuan ini, tak kurang dari 76% dari pedagang mengaku pendapatannya meningkat 20% dibandingkan sebelum pandemi.
Bagaimana? Sudah Siap Bersaing di Pasar Digital?
OESMAN, One Stop Marketing Solution.