Inflasi AS Tinggi, Apa Dampaknya ke Ekonomi Indonesia?
Inflasi makin melonjak di Amerika Serikat (AS) tercatat sebesar 9,1% secara tahunan pada Juni 2022, melebihi perkiraan konsensus sebesar 8,8%. Ahli strategi makroekuitas Samuel Secretus Indonesia Lionel Priyadi mengatakan kenaikan inflasi AS yang terus berlanjut telah meningkatkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga The Fed bulan ini dari 75 basis poin menjadi 100 basis poin.
Hal ini dihadapi pasar Indonesia bulan ini dengan kenaikan BI rate yang tinggi sebesar 50 basis poin. Jika BI tidak merespon dengan cepat, nilai tukar rupiah akan terus merosot dan bisa mencapai rupiah 15.500 per dolar AS.
Inflasi di Indonesia
Pada Januari 2022, Indonesia tercatat mengalami kenaikan inflasi. Dorongannya adalah naiknya harga pangan dan komoditas serta meningkatnya konsumsi masyarakat. Inflasi di Indonesia juga dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas impor (import inflation), sehingga suku bunga juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi.
Per 4.444, tingkat inflasi Indonesia mencapai 4,35% year-on-year di bulan Juni, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Ini merupakan yang tertinggi sejak Juni 2017. Secara bulanan (mom/mtm), inflasi pada bulan Juni tercatat sebesar 0,61%. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga bahan pangan untuk cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam. Dengan adanya faktor-faktor yang memicu inflasi tersebut, apakah akan berdampak pada pertumbuhan UMKM Indonesia ?
Dampak Inflasi Bagi UMKM
Pertumbuhan UMKM akan merasakan dampak dari inflasi baik secara langsung maupun tidak langsung.Inflasi adalah kunci kemakmuran rakyat karena mempengaruhi daya beli. Semakin tinggi inflasi, semakin kecil kemungkinan orang untuk membeli.
Inflasi makin melonjak, sehingga dapat menurunkan daya beli masyarakat karena dihadapkan dengan biaya produksi yang semakin tinggi untuk produsen berbahan baku impor sehingga dapat menurunkan profit UMKM.
Pelemahan rupiah terhadap dolar AS telah memukul UMKM, terutama yang menggunakan barang impor. Akibatnya, kondisi ini menyebabkan bahan baku produksi menjadi lebih mahal. Kondisi pelemahan rupiah secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi profitabilitas, khususnya. Melemahnya rupiah juga meningkatkan inflasi bahan pangan yang menurunkan daya beli masyarakat.
Jurus Pemerintah Kendalikan Inflasi
Pemerintah akan mengoordinasikan kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan memulihkan perekonomian Indonesia. Pemerintah juga akan memitigasi dampak upside risk seperti normalisasi kebijakan likuiditas global dan dampak kenaikan harga komoditas serta daya beli masyarakat. Selain itu, pemerintah akan memperkuat sinergi komunikasi kebijakan untuk membantu mengelola ekspektasi inflasi masyarakat.
Selain itu, inflasi kelompok bahan makanan akan terus berfluktuasi pada kisaran 3-4 persen. Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga ketersediaan pengiriman dan kelancaran distribusi, terutama menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (hbkn) . Terakhir, pemerintah akan memperkuat koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian inflasi melalui penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional (rakornas).
Bagaimana? Pendapatmu?
OESMAN, One Stop Marketing Solution.