Platform media sosial raksasa Facebook menjadi sorotan selama pandemi virus corona Covid-19. Pasalnya, Facebook disebut menjadi pusat penyebaran konten hoaks atau berita bohong terkait pandemi itu.
Bahkan Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika ada 1.402 kasus konten hoaks terkait covid-19 di platform media sosial milik Facebook. Upaya takedown telah diminta Pemerintah melalui Kominfo kepada Facebook, karena hoaks sangat berbahaya dalam penanganan pandemi itu sendiri.
Laporan Reuters Institute dan University of Oxford menunjukkan berita bohong (hoaks) dan misinformasi mengenai Covid-19 tersebar di berbagai negara. Dari sejumlah media sosial terpopuler, Facebook merupakan platform dengan temuan hoaks terbanyak.
Sebanyak 28% responden mengaku paling memperhatikan informasi yang dapat diakses di Facebook. Masyarakat yang mewaspadai paling banyak berasal dari Filipina dan Slovakia.
Sementara itu, sebanyak 15% responden lainnya merasa perlu memperhatikan berita-berita yang diakses di aplikasi pesan singkat, seperti WhatsApp. Hal tersebut banyak dikemukakan responden Brasil, Afrika Selatan, dan Kolombia.
Ada 7% responden yang menilai mesin pencari, seperti Google, yang menjadi sumber hoaks. Media sosial lain, seperti YouTube dan Twitter juga mendapat sorotan terkait hoaks yang perlu diwaspadai. Hal itu dikemukakan 6% responden.
Berbagai pihak bertanggung jawab terhadap misinformasi yang beredar. Mereka adalah politisi, orang biasa, aktivis, jurnalis, dan pemerintah asing.
Reuters Institute bekerja sama dengan YouGov dan mitranya untuk menyebar kuesioner dalam jaringan (daring). Pengambilan data berlangsung pada akhir Januari hingga awal Februari 2021. Kuesioner menjaring 92.732 responden di 46 negara. (rez)