Transaksi ekonomi digital Indonesia terus meningkat. Seiring perkembangan zaman, penggunaan internet untuk saling terhubung menjadi suatu hal yang lumrah. Konektivitas via internet yang mudah bahkan telah mengubah cara masyarakat berinteraksi sosial, termasuk mengkonsumsi produk dan layanan serta melakukan penjualan online. Hal ini tak lepas dari dukungan pemerintah untuk mengembangkan ekonomi digital Indonesia di masa mendatang.
Nilai transaksi ekonomi digital di Indonesia terus meningkat. Mengingat penggunaan aplikasi atau layanan digital untuk memenuhi kebutuhan sehari -hari makin banyak, terlebih jumlah penduduk Indonesia yang banyak. Pada 2019 lalu, nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) ekonomi digital mencapai US$ 40 miliar atau setara Rp 568 triliun (kurs Rp14.200).
Penelitian Google, Temasek, dan Bain & Company memprediksi nilai tersebut meningkat menjadi US$ 70 miliar (Rp 996 triliun) pada 2021. Nilai ini bahkan dapat meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 146 miliar (Rp 2.079 triliun) pada 2025 nanti.
BACA JUGA : Intip persaingan ketat bisnis e-commerce Tokopedia vs Shopee!
Transaksi di situs perdagangan elektronik atau e-commerce diprediksi menjadi pendorong utama pertumbuhan GMV ekonomi digital di Indonesia. Mengutip Momentum Works, GMV e-commerce di Indonesia mencapai US$ 40,1 miliar (Rp 577,9 triliun) pada 2021. Ini berarti ada transaksi senilai Rp 6,5 triliun di e-commerce Indonesia hanya dalam waktu satu jam.
Situs e-commerce milik Sea Group, Shopee, memiliki nilai transaksi per jam terbesar di Indonesia. Dengan GMV senilai US$ 14,2 miliar pada 2021, ini berarti nilai transaksi per jam Shopee mencapai US$ 1,6 juta (Rp 23 miliar).
Tokopedia, yang tahun ini melakukan merger dengan Gojek, berada di peringkat kedua. Nilai GMV di Tokopedia mencapai US$ 1,59 juta atau Rp 22,7 miliar per jam. Dalam setahun, GMV Tokopedia mencapai US$ 14 miliar.
Lazada berada di peringkat ketiga dengan nilai transaksi mencapai US$ 513.700 (Rp7,3 miliar) per jamnya. Anak usaha Alibaba Group ini memiliki GMV sebesar US$ 4,5 miliar pada 2021.
Terakhir, Bukalapak memiliki nilai transaksi penjualan online senilai US$342.500 (Rp4,9 miliar) per jam. Dalam setahun, perusahaan yang dirintis Achmad Zaky ini memiliki GMV senilai US$ 3 miliar. Bukalapak baru melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tahun ini dan berhasil meraup dana senilai Rp21,9 triliun.
Apakah informasi ini menarik? Share opinimu di kolom komentar!